• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Tentang yang Masih Melekat

    7.10.2012

    Ini yang selalu ingin kulakukan; memelukmu dengan hangat untuk sepuluh menit ke depan. Bermain dengan tanganmu, mengisi ruas-ruas jarimu dengan milikku untuk sepuluh menit lainnya. Melingkarkan lenganku di tulang lehermu, dan bersandar untuk puluhan menit berikutnya. Setelah genap satu jam, akan kubuat pengakuan bahwa berada di dekatmu adalah tempat ternyaman sedunia. 

    Layaknya savana dengan mata air. Di dekatmu aku merasa lapang, dalam jarak yang bertaut dan menyesakkan. Menyejukkan, membuai dalam kepengapan. 

    Hanya bersamamu pembicaraan tentang filsafat atau revolusi ekonomi Cina dan sejenisnya akan sangat gagal. Bersamamu, kita tak akan pernah membicarakan kontroversi keberadaan Penembak Misterius yang masih eksis di Irian Jaya. Kita tak akan pernah membicarakan betapa aku mengagumi Goenawan Mohammad dan syair-syairnya dalam Tuhan dan Hal-Hal yang Tak Selesai. Tak ada diskusi ilmiah dan seni. Tak ada pembicaraan cerdas.

    Dan aku terbiasa memilih membuang momen-momen tak bermanfaat seperti itu. Tetapi bersamamu, pembicaraan sampah pun tak akan pernah kulewatkan.

    Istimewa. Sekalipun kamu tak mengenyam filsafat dan seni, tak hobi bermain teater, tak pandai menenun frasa. Sekalipun kamu bukan mahasiswa jurusan arsitektur yang mahir melukis sketsa. Sekalipun kamu tak mengerti musik 70's mancanegara. Sekalipun kamu tak meraih IPK tiga koma lima. Sekalipun kamu sudah berdua dan kenyataan bahwa kita tak pernah benar-benar bersama, kamu masih istimewa.

    Mereka bilang, 'sudah tiga tahun'. Untukku, 'baru tiga tahun'. 

    Jaga dirimu baik-baik.

    Teguh yang Salah dalam Sebuah Stagnansi

    Awalnya aku selalu mencari sebuah kehidupan yang berharga; bermakna, berbicara tentang suatu pilar prinsip yang melahirkan keberanian dan keangkuhan untuk mempertahankannya. 

    Aku, seorang liberalis, pasti kalian sudah tau itu. Keputusanku untuk menjadi seorang pengelu kebebasan adalah, karena untukku, perspektif terbaik adalah dengan menjadikan pribadi insan sebagai fokus utama dalam perputaran semesta. Pengelihatanku yang paling sempurna, demikian juga dengan pendengaran dan perasaan. Pergerakan dunia yang menyesuaikan iri dengan indera. Orang bebas berkutat dengan pemikiran dan prinsipnya, karena itulah yang membubuhkan makna dalam realisasi hak asasi manusia. Mereka berhak, dan itu adalah hal kodrati. Bagaimana seseorang menentukan jalan yang akan dilalui, batu yang akan ditapaki, gerbang yang ingin dia lewatkan, itu sepenuhnya, hak yang melekat secara kodrati. 

    Siang ini, seperti biasa, mereka beradu kata. Berusaha memperebutkan label menang yang merefleksikan kebenaran, atau kalah; dalam hal ini, a contrario, kalah akan selalu berarti salah. Pertengkaran yang sangat biasa, yang justru telah menjadi salah satu komposisi esensial dalam keseharian. Tanpanya, kikuk, tak biasa, tak lumrah. Ibu akan selalu lebih sering kalah daripada menang. Dia salah, selalu. Jika tidak demikian, justru keadaan jadi kikuk, tak biasa, tak lumrah. 

    Dalam kontemplasi, aku menyadari bahwa kesalahan yang periodikal adalah teman baik Ibu. Lambat laun, ide yang meletup adalah sebenarnya Ibu tak selalu salah atau tertinggal dalam materi yang diperdebatkan. Ibu selalu salah dalam menyajikan masalah dalam sebuah perdebatan. Caranya. Dia selalu menjadi dirinya sendiri, sesuka hati. Membentuk gambaran yang oleh sel otaknya dinyatakan sebagai apa yang benar. Mungkin dia lupa dia sedang tak bermonolog. Dia membebaskan dirinya dalam perdebatan yang tak bebas. Dia liberal dalam sebuah kekangan. Dan itu merujuknya pada falasi.

    Kita harus menyesuaikan liberalisme itu. Dia akan tumbuh, seperti pohon yang kian rindang dan menjelma menjadi kanopi, menjulang. Namun bukan berarti kita tak dapat memangkasnya. Mengendalikan pedal, itu yang harus dilakukan untuk bertahan. Karena kita hidup tak sendiri. Karena manusia adalah serigala bagi manusia lain, setidaknya demikian ucap Thomas Hobbes melalu frasa ‘homo homini lupus’-nya yang sangat termashyur. Manusia adalah makhluk sosial, dan aku benci mengakuinya. Dan jika mau merunut, kehidupan antar pribadi adalah sebuah conditia sine qua non, sebuah kasualitas. Aku hidup karena ayah dan ibu. Ayah dan ibu adalah sebuah komplemen. Sebuah rantai sosial dengan ketidakberhinggaan.

    Terlepas dari ide ini, aku akan tetap, dan selalu menjadi seseorang yang tak sepenuhnya.

    Referensi

    1.04.2012
    bloggyple, mari simak beberapa buku yang sedang aku cintai akhir-akhir ini. ini merupakan buku-buku yang bisa dikategorikan ke dalam genre seni dan filsafat. sebelumnya, thanks untuk teman OKK-seorang filsafat UI- yang sudah mau memperkenalkan saya-secara tidak langsung-dengan Goenawan Mohammad. yey!




    Indonesia Proses
    sesuai judulnya, buku ini menceritakan tentang filsafat transformasi yang terjadi di Indonesia. membaca buku ini seperti melakukan flashback ke masa pembentukan Indonesia-hampir di segala aspek-atau dapat disebut secara holistik. melalui buku ini, aku mulai mencari referensi lain tentang filsafat pemikiran para Fouding Fathers nya Indonesia. pemikiran Soekarno tentang marhaenisme, menurutku, masih yang paling menarik. ini buku pertama yang temanku pinjamkan.



    Teks dan Iman
    buku ini mengulas tentang dunia penulisan-dimana aku banyak men-skip bagian ini. bagian tentang iman sangat menarik, memberi jawaban mengapa banyak orang sukses terdoktrin dan berevolusi menjadi atheis.




    Debu, Duka, dsb
    yang satu ini sepertinya masih tergolong baru, karena baru muncul di galeri salihara. buku ini banyak mengulas tentang bencana yang banyak menelan korban jiwa-awal dari segala prahara dan nelangsa, yang kemudia dikorelasikan dengan eksistensi Tuhan yang didalih sebagai Yang Mahakuasa; Yang Maha mampu menciptakan segala yang diinginkan-Nya, termasuk di dalamnya kehendaknya atas penciptaan petaka bagi manusia. secara implisit, penafsiran yang salah terhadap kandungan buku ini bisa menjadi alasan-mengapa-seseorang-adalah-atheis episode 2.


    jika anda ada di Kota Depok, coba beli koleksi buku Goenawan Mohammad di TMBookstore karena anda mendapatkan layanan sampul buku gratis. untuk referensi filsafat lain, toko buku Gramedia memang lebih lengkap namu koleksi buku Goenawan Mohammad tidak cukup memuaskan. Oya, harga buku-buku ber-genre ini lumayan mahal, jadi jika anda punya teman yang memiliki buku ini, saya sarankan untuk meminjam. selamat membaca!

    Paradoks dalam Tiga

    Mungkin judul postingan ini terdengar seperti pembukaan pada awal narasi filsafat, namun sebenarnya bukan.

    Paradoks, mewakili kejadian yang aku anggap sebagai hitamnya putih. Kejadian yang sangat berlawanan dengan hakikat'nya'.
    Empat, karena paradoks ini aku temukan tiga (3) Januari lalu.

    kala itu aku sedang dalam langkahku menuju halte spekun (sepeda kuning) di belakang MUI setelah mengikuti latihan presidium untuk mubes (musyawarah besar) LK2 FHUI. dan tiba-tiba seseorang yang mengaku sebagai gadis cantik-penghuni rumah antik-a.k.a karlina, menelpon dan menyalak buas.

    dalam sambungan telpon kami, dia menumpahkan semuanya. menurut dugaanku, sebelumnya dia telah memendam kepenatan itu dengan dalih.. "okee.. aku adalah orang yang selalu bahagia, yang bodo amat sama masalah dunia. aku selalu merasa gembira, karena demikianlah dukungan semesta kepadaku. ini hanyalah bukan aku yang aku. inilah aku yang separuh kerasukan veda. untuk menjadi aku yang aku, aku harus santaiiii seperti di pantaiiii, asiiiik seperti di tasiiiik"

    "sumpah kun aku ngga ngerti kenapa aku ngerasa kayak mau UM.. aku ngerasa harus ngedapetin itu, kalo nggak aku mesti dimana lagi. aku ngerasa kayak ada sesuatu yang aku kejar, tapi aku nggak tau apa yang aku kejaaaarr. rasanya capeeekkkk! kemaren aku gabisa ngerjain fisika. hari ini anfis (anatomi fisiologi) juga gabisa. aku ngga ngerti lagiiiii.. kayaknya semua persiapanku itu bohooooooonnggg"

    dan untuk kemudian, gejala seperti di atas aku sebut sebagai over-insecure dan move-on-disability syndrome.

    aku merasa, karlina bukan seperti karlina. benar katanya, dia lebih mirip aku. aku yang sehari-hari, aku yang biasanya, yang selalu tegang menghadapi segala tes, ujian, lomba. yang selalu siaga, apapun itu yang akan aku hadapi. benar katanya, mungkin kita sedang 'soul exchanging' atau apalah yang maksudnya bertukar jiwa.

    masih basah dalam ingatan betapa stress nya aku menjelang ujian snmptn, dengan pakaian lusuh, rambut tidak disisir, dua hari tanpa mandi, mata yang berkantung. aku menjelma jadi orang gila; kata karlina. dan semuanya seperti terbalik. untuk saat ini karlina lah yang ada di posisi ku. dalam sambungan telpon kami, dia meneriakku, dia berhisteria..

    satu hal yang aku pelajari adalah bahwasanya manusia itu memanglah dinamis. terlebih lagi untuk kami yang masih duduk di bangku kuliah. ini benar-benar masa transformasi dimana ujian tidak bisa lagi kamu hadapi dengan sistem SKS (sistem kebut semalam), dimana kamu tidak bisa hanya berangkat-lalu-pulang kuliah untuk memaknai hidup, dimana prestasimu tidak dilihat hanya dari IPK namun juga keaktifan kamu di luar pembelajaran kuliah, dimana kamu menghadapi segalanya dengan lebih dan lebih dewasa

    siapapun itu, bagaimanapun wataknya, harus merasa bagaimana itu di bawah. jika tidak, dia tidak akan tau bagaimana rasanya di atas. ini adalah suatu perbandingan.. apakah mungkin kamu bisa menilai seseorang itu gemuk jika kamu tidak melihat pembandingnya, yaitu seseorang yang bertubuh seperti tongkat pramuka? kita baru akan mengerti bahagia adalah bahagia ketika kita telah merasakan sedih yang menelangsakan. kita baru akan merasa sukses itu sukses ketika kita telah pernah mengalami gagal yang menjatuhkan sebelumnya.

    dan pada akhirnya saya merasa bahwa 'paradoks' bukanlah kata yang tepat untuk mewakili semua ulasan ini. mungkin yang lebih tempat.. 'komplemen'?

    adalah suatu profesionalisme

    12.12.2011
    selamat malam para bloggyple.

    jarum jam sedang menunjuk angka 12:28, yang terpaku seperti pencuri tertangkap basah.
    saya sendiri sedang berkutat dengan keypad laptop yang setia menyusun rentetan pasal dengan bahasa-bahasa hukum yang purba.

    saya sedang bersama si bapak juara, begadang menyelesaikan surat kuasa, perjanjian, berita acara dan sebangsanya. oke.. ini sangat membosankan. epik.

    lalu apa yang membuat bapak dan saya tetap berkutat dengan hal yang dinobatkan dapat meneybabkan kerontokan rambut permanen ini?

    adalah suatu profesionalisme, yang selalu dielu-elukan si bapak sebagai sebuah karakter yang harus dimiliki oleh seseorang secara hakiki - dalam pekerjaan apapun itu.

    menulis di blog kali ini pun menjadi salah satu kesempatan saya untuk mengelabuhi rasa kantuk. hah.. rasa kantuk ini epik sekali. secara metaforis, rasa kantuk ini seumpama berlari di atas treadmill yang tidak bisa dihentikan ketika tulang-tulang kakimu mulai berlepasan dari persendian, dan minyak sinovialnya mulai bercecer..

    espresso bisa membuat mata tetap terjaga, namun stamina yang memang sudah surut tak bisa digantikannya.

    perih mata ini.. serius perih sekaleeee \m/

    saya masih duduk di atas kursi kayu berbusa, dengasi lappy di atas hamparan meja besar, dan si bapak juara sedang bergulng-guling di kasur menyusun klausula hukum yang indah nan merdu jika dibacakan. lebih mirip membuat surat cinta sebenarnya.

    prosesi tengah malam ini pun tidak berlangsung khidmat. kekhusukkannya terganggu oleh ketidakterimaan bapak ketika saya mulai menggosok-gosok pipi, menguap, mengucek-ucek mata dan menguap yang mana merupakan ekspresi dari kelelahan. OKE.. saya tidak memiliki kebebasan untuk berekspresi.

    tapi yang saya pelajari dari malam ini adalah, bahwasanya 'hidup tiada mungkin tanpa perjuangan'

    bapak sedang sering mengujungi jakarta sehubungan dengan kasus yang sedang ditanganinya. dan perlu saya tekankan bahwa.. hukum itu keras.

    hanya Tuhan yang tahu betapa piciknya hukum dan politik itu.

    singkat kata, perjalanan penyelesaian kasus ini tidak berjalan mulus. banyak bongkahan batu kali yang setia menghalangi. tapi yang selalu bapak tekankan adalah, bahwa jalan yang lancar tanpa halangan justru biasanya tidak mengantarkanmu kemana pun.

    saya tidak bisa lebih tidak setuju dengan ini.















    *tiba-tiba bete*
    *posting postponed*

    The Renaissance

    12.09.2011
    gutten nacht, bloggyple! jumpa lagi kita setelah dua tahun hubungan komunikasi sempat terputus. well for the beginning, is there anyone who misses me? :)

    firstly, I wanna give an honest acknowledgement that.. I long this virtual world! definitely. aku cukup merindukan kebebasan untuk bercerita - sebebas-bebasnya namun tetap bertanggung jawab - dimana kamu bisa bercerita tentang apapun yang kamu inginkan, dan tetap dibaca orang lain, namun pemberian careless judgement oleh mereka dapat terminimalisir. that's simply cool! sempat melupakan betapa menyenangkannya berbagi lewat blog :)

    sekarang kita bertemu lagi dalam situasi, tempat, dan waktu yang sangat berbeda. aku - meskipun ini bukan tujuan hidup utamaku - telah berkuliah di Universitas Indonesia, mempelajari ilmu hukum. perkuliahan ku sudah berjalan kurang lebih hampir satu semester, dan.. sudah cukup banyak informasi, wawasan, dan pengalaman yang aku eksploitasi dari kehidupan mahasiswa.

    berbicara tentang kehidupan mahasiswa, aku bisa memberikan 3 kata yang mampu describe 'it' the best, yaitu, kontribusi, dewasa, dan seimbang. mengapa kontribusi? kontribusi adalah hal paling vital yang notabene, mahasiswa merupakan para oportunis dengan peluang paling besar untuk merealisasikannya. kontribusi secara harfiah, berarti pemberian, turut berpartisipasi, turut menyumbang. dan iniliah yang sesungguhnya menjadi amanat utama yang diselipkan di balik ke-maha-an sang mahasiswa. mahasiswa itu muda, gesit, kreatif, dan berprestasi. itulah - yang dalam ekonomi disebut sebagai 'ekuitas' atau 'aset' - menjelma menjadi modal utama yang akan sangat disayangkan jika tidak dipergunakan secara optimal, apalagi ditumbuhkembangkan.

    aku ingat, kala itu workshop perekrutan BEM FH UI dengan menghadirkan seorang pembicara yang sungguh membuat orang berucap 'subhanallah' ketika mendengar cerita hidupnya. beliau adalah lulusan Fakultas Psiklogi UI, aktivis BEM UI, dan mendapat julukan sebagai harimau perjuangan (kalo tidak salah). beliau sempat melontarkan quote yang cukup menusuk sehubungan dengan kesakaralan jakun yang masih dikagumi oleh mahasiswa tahun pertama sepertiku (baca: jaket kuning-jaket almamater UI). quotenya sebagai berikut :

    "jaket kuning ini baru benar-benar bermakna, ketika jaket kuning ini basah akan linangan air mata masyarakat Indonesia yang telah kau manusiakan hidupnya"

    singkat cerita, beliau pernah menjadi relawan penolong korban banir bandang di salah satu kota di jawa barat dimana beliau dengan kawan-kawan sesama aktivis BEM menyumbangkan puluhan kilogram bahan makanan, obat-obatan, dan yang tak kalah penting; dorongan serta motivasi bagi masyarakat untuk tetap bertahan dan bangkit untuk memulai hidup yang lebih baik. mengapa demikian? karena saat itu, banjir tersebt telah menimbulkan banyak kerugian dan menyebabkan orang hilang.

    yang kedua, dewasa. mengapa dewasa? dewasa, menurut saya, merupakan salah satu unsur legitimator dari keberadaan mahasiswa. mahasiswa dalam mengambil tindakan, tidak hanya membutuhkan pertimbangan secara pemikiran namun juga perasaan. dari sini kita ketahui pun kedewasaan yang dibutuhkan meliputi kedewasaan secara mental, logika, dan nurani. tanpa unsur ini, hidup mahasiswa akan rentan mengalami goncangan di tengah kemelut kesibukan organisasi, kegiatan akademis, pergeseran pandangan hidup, dan derasnya arus ambisi yang memenuhi life plan agenda. kedewasaan itu sangat penting, percayalah. dan aku sedang mempelajarinya.

    yang ketiga, seimbang. hal ini secara eksplisit sudah mengidentifikasi pentingnya pembagian porsi - dalam hal apapun itu - sebagai seorang mahasiswa. porsi belajar, porsi organisasi, porsi pacaran, porsi makan.. oke, meskipun semakin lama semakin keluar dari jalur formal, namun harus aku akui bahwa hal-hal yang sudah aku sebutkan sebelumnya memang perlu diatur porsinya. mengapa? karena ketika kamu mengidap penyakit 'susah kenyang', yakinlah bahwa itu benar-benar sebuah penyakit.. bagi keuanganmu.

    yang jelas keseimbangan sangat diperlukan. keseimbangan membuat kita tetap on track pada tugas utama sebagai mahasiswa, yaitu belajar dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. keseimbangan bukan berarti porsi yang sama, namun porsi yan tepat, yang artinya tidak semua hal harus disamaratakan, namun semua hal harus diatur sesuai prioritasnya.

    betapapun kamu mencintai futsal, kegiatan perkuliahan harus tetap berada di skala prioritas lebih tinggi darinya. kata bapak petugas biro pendidikan saat saya ingin mengubah jadwal kuliah demi futsal, "mbak.. kamu mau lulus jadi sarjana futsal atau sarjana hukum, sih?" *straight face*



    itulah.. hal-hal yang esensi harus dimiliki oleh seorang mahasiswa. ketika hal-hal tersebut tidak dimiliki, seolah makna dibalik mahasiswa mengalami kelunturan. MAHAsiswa, kita sudah cukup kurang ajar dengan menyamakan titel MAHA yang biasanya hanya dipakai oleh Tuhan. jadi? mana pembuktian atas ke-MAHA-an tersebut? buktikan.

    welcome fuck-ation --> dibaca kaya vacation

    6.27.2010
    hello blogyple, akhirnya aku semangat buat nulis lagi nih :)

    awalnya aku udah agak males nih ngurusin blog, soalnya aku mikir kok malah sering curhat masalah pribadi gini. cuman, ya emang itulah tujuannya dibikin blog, buat berbagi, tapi tetep harus tau batesannya, mana yang pantes jadi konsumsi publik dan mana yang pantes jadi konsumsi pribadi >> (inget ve, tanamkan dalam hati ! go anti ababil !)

    so blogyple, ini adalah hari ke-7 dari 21 hari liburan kenaikan kelasku. liburanku suram temaram, karena di hari liburan ini aku dapet hukuman. tepat seminggu yg lalu aku terima rapot semester 2. hari itu temennya papaku (sebut saja joko) diminta mama papaku ngambil rapot, karena mereka berdua sedang sibuk melakukan 'sesuatu'. 'sesuatu yang wagu' tepatnya. jadi mamaku lagi ngambil kuliah di bidang kenotariatan buat memperebutkan gelar MKn (magister kenotariatan). tepat hari penerimaan rapotku, beliau mengikuti ujian lisan buat syarat kelulusan. dan yang 'wagu' adalah, papaku yang jadi penguji-nya (?)

    wagu to ? hawane ki do fekok-fekokan ok #prihatin

    kembali ke masalah terima rapot
    jadi om joko ini penampilannya glamour bgt deh, mobilnya banyak, harta melimpah, orang memanggilnya bos eksekutif (cuplikan lagu bento-Iwan fals)
    nah menurut pengamatanku, kayaknya ni orang pedofil. soalnya dia genit banget sama anak dibawah umur, tragisnya, dia genit juga sama aku, huks huuukss ;(

    aku heran kenapa perjalanan cintaku segini menyakitkannya. kalo ini namanya bukan batu kerikil tapi batu kali !

    yaudah pokoknya gitu, aku gilo deket-deket sama si joko ini. pas aku udah dipulangin aku berteriak lega, bersujud, dan bersyukur. tak lupa dengtan sumpah serapah spesial buat joko. jgn paksa aku cerita gimana detailnya, aku gamau mengingat-ingatnya, terlalu menyakitkaaaaannn *lebay*

    inti dari penerimaan rapot adalah hasil dari rapot itu sendiri
    nilaiku meningkat kok bloggyple, tapi gatau kenapa rankingku turun. itu artinya peningkatan temen-temen sekelasku jauh, jauuuh lebih banyak daripada aku :(
    dan ternyata papa mamaku ngga ngegampangin masalah ini. berikut sedikit cuplikannya ..

    papa : (pulang dr ujian kenotariatan yg fekok-fekokan) wah ini dia anakku, rapotmu sangat membanggakan ya
    aku : (lg di dpn PC) (mbatin, apa si joko salah nunjukin rapotku, apa joko malah ngambil rapotnya faila yg notabene dia jadi ranking 1 di kelasku ? )
    papa : tau ga ? tadi waktu joko telepon papa, ngabarin ttg hasil rapotmu, papa langsung lemes. kepala langsung cenut cenut. papa bener2 kecewa dek sama kamu
    aku : (oh jadi tadi itu sindiran >> dalam hati) (blm sadar sama situasi yg dihadapi soalnya lg sibuk nonton youtube)
    papa : papa gamau nanda-tangani rapotmu ya. sana minta tanda tangan tukang mbecak aja ! (nada meninggi)
    aku : (terperanjat, menyiapkan diri untuk perang mulut) hahhh ? kenapa sih pa ? jangan hiperbola to pa ah
    papa : hiperbola apa ? kamu ga malu sm adek-adekmu yg ranking 1 semua ? kamu tuh gabisa menjaga amanat, ga tanggung jawab pula
    (percakapan selanjutnya tidak dapat dipublikasikan sehubungan dengan efek negatif untuk para pembaca)

    jadi intinya itu. aku baru sadar ternyata hal ini menampar banget buat papa. orang yang selama ini jadi motivator terhebat buatku biar terus berprestasi. orang yang demi dia, aku mau nukerin hidupku biar eksistensinya di dunia ini tetep berdiri. jujur, menyesal banget rasanya bikin beliau segitu kecewanya. bikin liburan ini begitu hambar karena serasa ada jurang yg misahin aku sama dia.

    sejak hari itu aku mantepin hati buat nebus semua salahku di kelas 3 nanti. aku bener-bener mau serius sama teknik nuklirku (amin). aku pengen belajar yang bener, at least biar aku bisa ikut jalur prestasi atau sejenisnya lah, yang biayanya ga terlalu mencekik. di umurku yang ke-15 ini aku udah ngrasa 'pekewuh' banget ngrepotin orang tua, entah kenapa. mungkin karena udah 15 tahun ini mereka ngasih aku banyak hal, tanpa pamrih, dan 15 tahun ini aku belom bisa ngasih balesan yg setimpal


    maaf ya pa, mungkin aku terlalu gengsi buat ngomong langsung (please deh ya nih sifat anak keturunan dari orang tuanya loh hehe xp)
    tapi kalo papa mau tau, aku jg kecewa sama diri sendiri, jadi, bantu anakmu ini buat berdiri lagi ya :)

    tadinya liburan ini aku udah berencana buat ke surabaya, liburan sama kakak sepupuku yang binal, irma. aku udah nyiapin banyak dress lho padahal ;(
    cuman setelah awalnya papaku ngelarang buat liburan, kemaren papa nawarin lagi mau berangkat ke surabaya kapan. di titik ini aku bener-bener ngerasa berdosa, dia masih bisa sebaik itu sama aku ya Allah

    akhirnya aku mutusin buat liburan di smg aja. renang, basketan, lari, sit up dan sejenisnya, biar langsing :D