• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • adalah suatu profesionalisme

    12.12.2011
    selamat malam para bloggyple.

    jarum jam sedang menunjuk angka 12:28, yang terpaku seperti pencuri tertangkap basah.
    saya sendiri sedang berkutat dengan keypad laptop yang setia menyusun rentetan pasal dengan bahasa-bahasa hukum yang purba.

    saya sedang bersama si bapak juara, begadang menyelesaikan surat kuasa, perjanjian, berita acara dan sebangsanya. oke.. ini sangat membosankan. epik.

    lalu apa yang membuat bapak dan saya tetap berkutat dengan hal yang dinobatkan dapat meneybabkan kerontokan rambut permanen ini?

    adalah suatu profesionalisme, yang selalu dielu-elukan si bapak sebagai sebuah karakter yang harus dimiliki oleh seseorang secara hakiki - dalam pekerjaan apapun itu.

    menulis di blog kali ini pun menjadi salah satu kesempatan saya untuk mengelabuhi rasa kantuk. hah.. rasa kantuk ini epik sekali. secara metaforis, rasa kantuk ini seumpama berlari di atas treadmill yang tidak bisa dihentikan ketika tulang-tulang kakimu mulai berlepasan dari persendian, dan minyak sinovialnya mulai bercecer..

    espresso bisa membuat mata tetap terjaga, namun stamina yang memang sudah surut tak bisa digantikannya.

    perih mata ini.. serius perih sekaleeee \m/

    saya masih duduk di atas kursi kayu berbusa, dengasi lappy di atas hamparan meja besar, dan si bapak juara sedang bergulng-guling di kasur menyusun klausula hukum yang indah nan merdu jika dibacakan. lebih mirip membuat surat cinta sebenarnya.

    prosesi tengah malam ini pun tidak berlangsung khidmat. kekhusukkannya terganggu oleh ketidakterimaan bapak ketika saya mulai menggosok-gosok pipi, menguap, mengucek-ucek mata dan menguap yang mana merupakan ekspresi dari kelelahan. OKE.. saya tidak memiliki kebebasan untuk berekspresi.

    tapi yang saya pelajari dari malam ini adalah, bahwasanya 'hidup tiada mungkin tanpa perjuangan'

    bapak sedang sering mengujungi jakarta sehubungan dengan kasus yang sedang ditanganinya. dan perlu saya tekankan bahwa.. hukum itu keras.

    hanya Tuhan yang tahu betapa piciknya hukum dan politik itu.

    singkat kata, perjalanan penyelesaian kasus ini tidak berjalan mulus. banyak bongkahan batu kali yang setia menghalangi. tapi yang selalu bapak tekankan adalah, bahwa jalan yang lancar tanpa halangan justru biasanya tidak mengantarkanmu kemana pun.

    saya tidak bisa lebih tidak setuju dengan ini.















    *tiba-tiba bete*
    *posting postponed*

    The Renaissance

    12.09.2011
    gutten nacht, bloggyple! jumpa lagi kita setelah dua tahun hubungan komunikasi sempat terputus. well for the beginning, is there anyone who misses me? :)

    firstly, I wanna give an honest acknowledgement that.. I long this virtual world! definitely. aku cukup merindukan kebebasan untuk bercerita - sebebas-bebasnya namun tetap bertanggung jawab - dimana kamu bisa bercerita tentang apapun yang kamu inginkan, dan tetap dibaca orang lain, namun pemberian careless judgement oleh mereka dapat terminimalisir. that's simply cool! sempat melupakan betapa menyenangkannya berbagi lewat blog :)

    sekarang kita bertemu lagi dalam situasi, tempat, dan waktu yang sangat berbeda. aku - meskipun ini bukan tujuan hidup utamaku - telah berkuliah di Universitas Indonesia, mempelajari ilmu hukum. perkuliahan ku sudah berjalan kurang lebih hampir satu semester, dan.. sudah cukup banyak informasi, wawasan, dan pengalaman yang aku eksploitasi dari kehidupan mahasiswa.

    berbicara tentang kehidupan mahasiswa, aku bisa memberikan 3 kata yang mampu describe 'it' the best, yaitu, kontribusi, dewasa, dan seimbang. mengapa kontribusi? kontribusi adalah hal paling vital yang notabene, mahasiswa merupakan para oportunis dengan peluang paling besar untuk merealisasikannya. kontribusi secara harfiah, berarti pemberian, turut berpartisipasi, turut menyumbang. dan iniliah yang sesungguhnya menjadi amanat utama yang diselipkan di balik ke-maha-an sang mahasiswa. mahasiswa itu muda, gesit, kreatif, dan berprestasi. itulah - yang dalam ekonomi disebut sebagai 'ekuitas' atau 'aset' - menjelma menjadi modal utama yang akan sangat disayangkan jika tidak dipergunakan secara optimal, apalagi ditumbuhkembangkan.

    aku ingat, kala itu workshop perekrutan BEM FH UI dengan menghadirkan seorang pembicara yang sungguh membuat orang berucap 'subhanallah' ketika mendengar cerita hidupnya. beliau adalah lulusan Fakultas Psiklogi UI, aktivis BEM UI, dan mendapat julukan sebagai harimau perjuangan (kalo tidak salah). beliau sempat melontarkan quote yang cukup menusuk sehubungan dengan kesakaralan jakun yang masih dikagumi oleh mahasiswa tahun pertama sepertiku (baca: jaket kuning-jaket almamater UI). quotenya sebagai berikut :

    "jaket kuning ini baru benar-benar bermakna, ketika jaket kuning ini basah akan linangan air mata masyarakat Indonesia yang telah kau manusiakan hidupnya"

    singkat cerita, beliau pernah menjadi relawan penolong korban banir bandang di salah satu kota di jawa barat dimana beliau dengan kawan-kawan sesama aktivis BEM menyumbangkan puluhan kilogram bahan makanan, obat-obatan, dan yang tak kalah penting; dorongan serta motivasi bagi masyarakat untuk tetap bertahan dan bangkit untuk memulai hidup yang lebih baik. mengapa demikian? karena saat itu, banjir tersebt telah menimbulkan banyak kerugian dan menyebabkan orang hilang.

    yang kedua, dewasa. mengapa dewasa? dewasa, menurut saya, merupakan salah satu unsur legitimator dari keberadaan mahasiswa. mahasiswa dalam mengambil tindakan, tidak hanya membutuhkan pertimbangan secara pemikiran namun juga perasaan. dari sini kita ketahui pun kedewasaan yang dibutuhkan meliputi kedewasaan secara mental, logika, dan nurani. tanpa unsur ini, hidup mahasiswa akan rentan mengalami goncangan di tengah kemelut kesibukan organisasi, kegiatan akademis, pergeseran pandangan hidup, dan derasnya arus ambisi yang memenuhi life plan agenda. kedewasaan itu sangat penting, percayalah. dan aku sedang mempelajarinya.

    yang ketiga, seimbang. hal ini secara eksplisit sudah mengidentifikasi pentingnya pembagian porsi - dalam hal apapun itu - sebagai seorang mahasiswa. porsi belajar, porsi organisasi, porsi pacaran, porsi makan.. oke, meskipun semakin lama semakin keluar dari jalur formal, namun harus aku akui bahwa hal-hal yang sudah aku sebutkan sebelumnya memang perlu diatur porsinya. mengapa? karena ketika kamu mengidap penyakit 'susah kenyang', yakinlah bahwa itu benar-benar sebuah penyakit.. bagi keuanganmu.

    yang jelas keseimbangan sangat diperlukan. keseimbangan membuat kita tetap on track pada tugas utama sebagai mahasiswa, yaitu belajar dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. keseimbangan bukan berarti porsi yang sama, namun porsi yan tepat, yang artinya tidak semua hal harus disamaratakan, namun semua hal harus diatur sesuai prioritasnya.

    betapapun kamu mencintai futsal, kegiatan perkuliahan harus tetap berada di skala prioritas lebih tinggi darinya. kata bapak petugas biro pendidikan saat saya ingin mengubah jadwal kuliah demi futsal, "mbak.. kamu mau lulus jadi sarjana futsal atau sarjana hukum, sih?" *straight face*



    itulah.. hal-hal yang esensi harus dimiliki oleh seorang mahasiswa. ketika hal-hal tersebut tidak dimiliki, seolah makna dibalik mahasiswa mengalami kelunturan. MAHAsiswa, kita sudah cukup kurang ajar dengan menyamakan titel MAHA yang biasanya hanya dipakai oleh Tuhan. jadi? mana pembuktian atas ke-MAHA-an tersebut? buktikan.