• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Tentang yang Masih Melekat

    7.10.2012

    Ini yang selalu ingin kulakukan; memelukmu dengan hangat untuk sepuluh menit ke depan. Bermain dengan tanganmu, mengisi ruas-ruas jarimu dengan milikku untuk sepuluh menit lainnya. Melingkarkan lenganku di tulang lehermu, dan bersandar untuk puluhan menit berikutnya. Setelah genap satu jam, akan kubuat pengakuan bahwa berada di dekatmu adalah tempat ternyaman sedunia. 

    Layaknya savana dengan mata air. Di dekatmu aku merasa lapang, dalam jarak yang bertaut dan menyesakkan. Menyejukkan, membuai dalam kepengapan. 

    Hanya bersamamu pembicaraan tentang filsafat atau revolusi ekonomi Cina dan sejenisnya akan sangat gagal. Bersamamu, kita tak akan pernah membicarakan kontroversi keberadaan Penembak Misterius yang masih eksis di Irian Jaya. Kita tak akan pernah membicarakan betapa aku mengagumi Goenawan Mohammad dan syair-syairnya dalam Tuhan dan Hal-Hal yang Tak Selesai. Tak ada diskusi ilmiah dan seni. Tak ada pembicaraan cerdas.

    Dan aku terbiasa memilih membuang momen-momen tak bermanfaat seperti itu. Tetapi bersamamu, pembicaraan sampah pun tak akan pernah kulewatkan.

    Istimewa. Sekalipun kamu tak mengenyam filsafat dan seni, tak hobi bermain teater, tak pandai menenun frasa. Sekalipun kamu bukan mahasiswa jurusan arsitektur yang mahir melukis sketsa. Sekalipun kamu tak mengerti musik 70's mancanegara. Sekalipun kamu tak meraih IPK tiga koma lima. Sekalipun kamu sudah berdua dan kenyataan bahwa kita tak pernah benar-benar bersama, kamu masih istimewa.

    Mereka bilang, 'sudah tiga tahun'. Untukku, 'baru tiga tahun'. 

    Jaga dirimu baik-baik.

    0 comments:

    Posting Komentar