hujan siang ini
5.21.2010
hari ini hujan, aku tau dia sengaja datang, sekedar untuk menemani
sesungguhnya darimana air hujan itu berasal ?
apa langit menangis meratapi belantara ?
apa cakrawala kecewa dengan dunia ?
apa mega mulai berputus asa ?
tunggu
atau karena cintanya digantung oleh orang yang diperjuangkan ?
yang berjanji namun mengingkari, yang mengajak namun kini dia beranjak
atau karena dia kalah dalam suatu kompetisi yang dia dambakan ?
yang katanya punya kualifikasi ketat untuk sang pemenang, namun kursi terbaik tetap diduduki oleh eksistensi uang ?
atau karena keluarga-habitat primernya mengalami perguncangan ?
yang selalu ingin disebut dgn keluarga harmonis namun itu tak lebih dari elegi tragis
hei langit, berceritalah, mari kita bagi semuanya
hari ini aku menangis
karena perasaanku masih tegap bergantung pada harapan itu
hari ini aku kecewa
karena kemenangan itu dicuri oleh hedonis dan kolusi dariku
hari ini aku putus asa
karena mereka masih menuntut untuk lebih dipahami daripada memahami
aku yakin kamu akan memutarbalikkan pertanyaan, iya kan langit ?
kenapa tidak ditukar saja peranku ? kenapa harus aku yang digantung jika aku bisa jadi yang menggantung ?
karena ini adalah pilihan, yang di dalam sini yang memilih, bukan logika, tapi sesuatu yang lebih imajiner : perasaan
kenapa tidak kulelang saja kemenangan itu dengan harga yang lebih tinggi ? toh ini juga termasuk kompetisi
karena yang dilombakan disini adalah kemampuan, dan ini bukan kompetisi harta
kenapa tidak kau bertindak seperti mereka ? kau juga punya hak untuk dipahami
karena aku cinta ..
karena aku selalu ingin belajar, segala macam hal. aku ingin bisa lebih bersabar hati, lebih bisa ikhlas, lebih bisa memaknai hidup dengan menjadi orang yang bermanfaat
dan karena kita hanya memiliki pilihan dan kesempatan, tapi keduanya memiliki persamaan : selalu ada resiko yang membuntuti
ah bulshit ! aku tau langit, kamu mengaduh dalam batin
sekarang biar aku yang bertanya
untuk apa kamu mengguyur pertiwi dengan ribuan liter air ? tidakkah kamu mengenal laut, hei langit ? kita sudah punya pasokan air yang cukup
karena itu jalanmu langit
dan aku, aku punya jalanku sendiri
karena hidup itu seperti sepeda : harus tetap berjalan agar seimbang
jika lelah, duduklah dan beristirahat. menangislah
tengok ke belakang sekedar untuk mengingat seberapa jauh yg sudah kau tempuh, sekali saja.
seterusnya, kamu harus berjalan maju
hey langit, mari kita berbagi cerita
karena juga itu yang aku rasa
sesungguhnya darimana air hujan itu berasal ?
apa langit menangis meratapi belantara ?
apa cakrawala kecewa dengan dunia ?
apa mega mulai berputus asa ?
tunggu
atau karena cintanya digantung oleh orang yang diperjuangkan ?
yang berjanji namun mengingkari, yang mengajak namun kini dia beranjak
atau karena dia kalah dalam suatu kompetisi yang dia dambakan ?
yang katanya punya kualifikasi ketat untuk sang pemenang, namun kursi terbaik tetap diduduki oleh eksistensi uang ?
atau karena keluarga-habitat primernya mengalami perguncangan ?
yang selalu ingin disebut dgn keluarga harmonis namun itu tak lebih dari elegi tragis
hei langit, berceritalah, mari kita bagi semuanya
hari ini aku menangis
karena perasaanku masih tegap bergantung pada harapan itu
hari ini aku kecewa
karena kemenangan itu dicuri oleh hedonis dan kolusi dariku
hari ini aku putus asa
karena mereka masih menuntut untuk lebih dipahami daripada memahami
aku yakin kamu akan memutarbalikkan pertanyaan, iya kan langit ?
kenapa tidak ditukar saja peranku ? kenapa harus aku yang digantung jika aku bisa jadi yang menggantung ?
karena ini adalah pilihan, yang di dalam sini yang memilih, bukan logika, tapi sesuatu yang lebih imajiner : perasaan
kenapa tidak kulelang saja kemenangan itu dengan harga yang lebih tinggi ? toh ini juga termasuk kompetisi
karena yang dilombakan disini adalah kemampuan, dan ini bukan kompetisi harta
kenapa tidak kau bertindak seperti mereka ? kau juga punya hak untuk dipahami
karena aku cinta ..
karena aku selalu ingin belajar, segala macam hal. aku ingin bisa lebih bersabar hati, lebih bisa ikhlas, lebih bisa memaknai hidup dengan menjadi orang yang bermanfaat
dan karena kita hanya memiliki pilihan dan kesempatan, tapi keduanya memiliki persamaan : selalu ada resiko yang membuntuti
ah bulshit ! aku tau langit, kamu mengaduh dalam batin
sekarang biar aku yang bertanya
untuk apa kamu mengguyur pertiwi dengan ribuan liter air ? tidakkah kamu mengenal laut, hei langit ? kita sudah punya pasokan air yang cukup
karena itu jalanmu langit
dan aku, aku punya jalanku sendiri
karena hidup itu seperti sepeda : harus tetap berjalan agar seimbang
jika lelah, duduklah dan beristirahat. menangislah
tengok ke belakang sekedar untuk mengingat seberapa jauh yg sudah kau tempuh, sekali saja.
seterusnya, kamu harus berjalan maju
hey langit, mari kita berbagi cerita
karena juga itu yang aku rasa